Follow my blog with bloglovin
The King's Speech mendapatkan 12 nominasi dalam Academy Awards 2011 a.k.a Oscar. Ini seperti menjadi sebuah jaminan kualitas yang tentunya sudah tidak pantas untuk dipertanyakan lagi. Sayangnya film ini termasuk telat masuk ke Indonesia. Apalagi ditambah polemik dunia perfilman Indonesia yang sedang mengalami masalah besar saat ini, saya sempat khawatir film ini akan ditarik dari pasaran, karena saya belum sempat menonton film ini. Bagusnya yang saya khawatirkan tidak terjadi, film ini beserta dengan semua film-film Hollywood yang sudah terlanjur ditayangkan ternyata tidak ditarik dari peredaran. Jadi, saya akhirnya menonton The King's Speech juga.
"Menceritakan seorang Pangeran di kerajaan Inggris, yaitu Pangeran Albert a.k.a Bertie (Colin Firth), yang mengalami kesulitan dalam berbicara, terutama berbicara di depan publik. Istrinya, Elizabeth (Helena Bonham-Carter), mencoba membantu sang suami dengan mencarikan dokter-dokter hebat untuk menyembuhkan penyakit susah bicara suaminya itu. Pangeran Bertie akhirnya bertemu dengan seorang 'dokter', Lionel Logue (Geoffrey Rush), yang berjanji akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu menyembuhkan dia. Baru sekali datang saja Pangeran Bertie sudah langsung merasa frustasi dan putus asa. Dia menganggap tidak akan ada yang berhasil menyembuhkan penyakit berbicaranya. Logue pun tidak memaksa Pangeran Bertie untuk meneruskan terapinya. Dia memberikan sebuah piringan hitam yang berisikan rekaman sesi tadi.
Setibanya di istana, pangeran Bertie mencoba mendengarkan hasil rekaman sesi penyembuhannya tadi, dan ternyata hasilnya adalah dia berhasil berbicara dengan lebih lancar dari biasanya. Elizabeth ternyata juga turut mendengarkan rekaman tersebut. Elizabeth akhirnya tetap mendukung dan meminta sang Pangeran untuk meneruskan sesi penyembuhannya dengan Logue. Usaha yang sudah dilakukan Elizabeth tidak sia-sia, karena Pangeran Bertie mau kembali meneruskan sesi penyembuhannya dengan Logue.
Di saat Pangeran Bertie sedang menjalani sesi penyembuhannya, dia mendapat tekanan dari ayahnya yang merupakan Raja Inggris yaitu Raja George V (Michael Gambon) untuk dapat berpidato dengan baik demi menggantikan dia suatu saat nanti. Raja George V tidak ingin Pangeran Bertie mengulangi kesalahan yang sama dan sangat memalukan bagi keluarga kerajaan ketika dia tidak berhasil menyelesaikan kalimat pertama pidatonya di Wembley Stadion pada tahun 1952.
Sebenarnya Pangeran Bertie memiliki seorang kakak laki-laki, Pangeran Edward. Pada saat Raja George V wafat, terjadi perebutan kekuasaan. Pangeran Edward merasa dirinya yang paling pantas untuk menjadi seorang raja, namun keluarga kerajaan yang lain justru merasa Pangeran Bertie lah yang lebih pantas menggantikan Raja George V. Pangeran Edward akhirnya memilih untuk menyerahkan jabatannya kepada adiknya. Dia lebih memilih untuk menikahi seorang janda Amerika dari pada menjadi raja namun harus meninggalkan kekasihnya tersebut.
Di saat Pangeran Bertie akhirnya menjadi Raja George VI mulai terjadi banyak permasalahan negara yang memaksa dia untuk berpidato yang nantinya akan disiarkan secara live ke seantero dunia. Dengan memberanikan diri dan mendapatkan dukungan yang penuh dari keluarga dan kerabatnya, Raja George VI pun akhirnya melakukan pidato perdananya yang akan didengarkan oleh rakyatnya yang berada di seluruh penjuru dunia."
Melihat kepiawaian Colin Firth memerankan Raja George VI rasanya memang pantas dia masuk ke dalam jajaran nominasi Actor In A Leading Role, Academy Awards tahun ini. Firth berhasil bermain total dalam The King's Speech. Melalui aktingnya lah penonton dapat merasakan segala macam perasaan Pangeran Bertie saat itu. Bagaimana dia takut dan deg-degannya ketika harus berbicara di depan publik, takut dengan pengalaman masa kecilnya, takut mengecewakan ayah dan keluarganya, serta bagaimana lucunya ketika dia sedang menjalani sesi-sesi terapinya bersama dengan Logue. Tentu saja Firth didukung oleh sejajaran aktor dan aktris yang juga bermain sangat bagus dalam film ini. Bonham-Carter dan Geoffrey Rush memiliki peranan yang sangat besar terhadap kesuksesan Firth dalam The King's Speech. Mereka bermain dengan rapih dan berhasil menghidupkan feel di setiap adegan film ini. Chemistry antara Firth dengan Bonham-Carter dan Geoffrey Rush terasa sangat 'klik'.
Tom Hooper yang duduk di bangku sutradar berhasil membuat film ini menjadi suatu sajian yang cerdas dan menghibur para penontonnya. Ditambah lagi dengan naskah yang tidak terlalu berat dan mudah diikuti oleh penonton . Hal ini terasa sangat cerdas. semua hal ini lah yang akhirnya menyatu dan menjadikan The King's Speech memiliki sinematografi yang indah dan mengalir.
Dengan segala kelebihan film ini, saya tetap saja masih merasakan ada sedikit kekurangan. Alur cerita yang ada di film ini merupakan alur maju. Rasanya akan lebih enak jika ditambah dengan alur mundur. Alur mundur dapat digunakan untuk lebih memperjelas masa lalu Pangeran Bertie mengapa dia mengalami kesulitan berbicara di depan publik. Dalam film ini, kita hanya akan mendapatkan Pangeran Bertie bercerita mengenai masa lalunya kepada Logue tanpa disertai gambar yang jelas.
Film ini menjadi suatu sajian yang sangat menarik untuk disaksikan oleh semua kelompok usia. Selain itu, dalam film ini pun terdapat pesan moral mengenai bagaimana seharusnya seseorang tidak perlu takut untuk berbicara di depan umum walaupun harus dengan gagap atau kesulitan yang lainnya, karena setiap orang memiliki hak untuk didengarkan.
Happy Watching...