Satu kata yang langsung terlintas di pikiran saya begitu melihat Jake Gyllenhaal dalam Love The Other Drugs adalah HOT. Sedangkan untuk Anne Hathaway satu kata yang tepat untuk mendeskripsikan aktingnya dalam film ini adalah COOL. Mereka benar-benar memukau saya dalam Love The Other Drugs. Kita tidak akan melihat Gyllenhaal yang sama seperti kita melihat dia ketika bermain dalam Source Code (2011) maupun Prince of Persia: The Sands of Time (2010).
Sebelumnya Gyllenhaal dan Hatheway sudah pernah beradu akting dalam Brokeback Mountain yang dirilis tahun 2005. Kali ini, Edward Zwick berhasil mempertemukan mereka kembali untuk saling beradu akting dalam Love and Other Drugs. Zwick sebelumnya juga telah berhasil menggarap beberapa film hebat, seperti I Am Sam (2001), The Last Samurai (2003), Blood Diamond (2006), dan Defiance (2008). Dalam beberapa film tersebut bahkan Zwick berperan ganda sebagai produser dan sutradara. Sedangkan peran Zwick dalam Love and Other Drugs kali ini adalah sebagai produser, sutradara, dan penulis cerita.
"Jamie Randall (Jake Gyllenhaal) merupakan seorang pria yang sangat mahir dalam bidang penjualan. Dia berhasil menjual banyak barang dengan cara yang sangat meyakinkan pembelinya untuk membeli barang-barang yang dia tawarkan. Selain itu, Jamie juga seorang pria yang mudah tertarik dengan wanita. Dia tidak pernah sungguh-sungguh menyukai seorang wanita, karena dia hanya mengingkan having sex dengan wanita-wanita yang didekatinya. Dengan penampilan dan kepercayaan dirinya yang sangat baik maka dengan mudah Jamie dapat berkencan dengan wanita manapun yang dia inginkan.
Jamie dikeluarkan dari tempat kerjanya bahkan juga dikarenakan dia tidak dapat menahan diri untuk tidak berhubungan seks dengan pasangan bosnya. Lalu Jamie ditawarkan pekerjaan baru sebagai penjual obat-obatan ke rumah sakit oleh Bruce Winston (Oliver Platt). Tidak mudah awalnya Jamie menjalani pekerjaan barunya, namun dengan segala kemampuannya yang sudah dimilikinya saat ini Jamie pun berhasil membuat obat-obat yang dia jual menjadi laku keras.
Ditengah usahanya memasarkan obat ke rumah sakit, di sana Jamie bertemu dengan Maggie Murdock (Anne Hathaway) seorang gadis penderita parkinson stage 1. Jamie yang sebelumnya mengira dia hanya sekedar penasaran dengan gadis tersebut akhirnya menyadari kalau hatinya kali ini benar-benar jatuh cinta. Jamie harus berusaha dengan sangat baik untuk mempertahankan Maggie di dalam hidunya. Berkali-kali Jamie dan Maggie berusaha untuk menyudahi hubungan mereka. Hal ini dikarenakan Maggie merupakan tipe orang yang tidak ingin membuat orang menjadi ikut kesulitan karena penyakit yang ada dalam dirinya."
Anne Hathaway benar-benar membuktikan totalitasnya dalam dunia akting. Sudah berbagai macam film dan peran yang telah dia mainkan. Hathaway terkenal sebagai salah seorang aktris yang cukup selektif dalam memilih peran-peran yang akan dia mainkan. Kali ini pun Hathaway berhasil bermain dengan sangat total, terutama dalam segi body language. Hathaway tidak segan untuk tampil vulgar bersama dengan Gyllenhaal, bahkan mereka berdua terlihat sangat cocok dan semakin menguatkan emosi yang mereka coba sampaikan ke penonton. Hathaway dan Gyllenhaal sudah bermain dengan sangat baik membawakan karakternya masing-masing, bahkan Gyllenhaal benar-benar dapat membuat penonton melting dengan sikapnya yang selalu flirting ke wanita. Gyllenhaal terlihat santai dan lepas memerankan karakter Jamie dalam film ini.
Film ini memang bukan film yang "berat", bahkan Love and Other Drugs dapat dikatakan sebagai film "ringan" namun dapat menghibur para penontonnya. Sudah banyak sebelumnya film-film ber-genre serupa yang juga cukup menuai sukses. Namun Love and Other Drugs mencoba menyelipkan sesuatu yang lebih fresh yaitu menceritakan di mana karakter utama wanitanya yang menderita penyakit parkinson. Jelas penyakit parkinson belum menjadi sebuah hal yang dapat dengan mudah kita temukan dalam film-film kebanyakan saat ini. Kebanyakan penyakit yang sering digunakan dalam sebuah film adalah penyakit kanker dan jantung. Ini menjadi seperti angin segar bagi Love and Other Drugs, karena setidaknya dapat lebih membuka mata para penonton mengenai keberadaan orang-orang yang mengidap parkinson.
Edward Zwick sebetulnya juga telah melakukan hal-hal yang selama ini juga sudah dilakukan para sutradara dan penulis cerita film ber-genre seperti ini. Dengan konflik yang mudah ditebak serta ending yang juga dapat dengan mudah ditebak membuat Love and Other Drugs juga tersa stuck ceritanya seperti film-film pendahulunya. Untuk menonton film ini kita tidak perlu susah-susah atau ikut sibuk memikirkan jalan ceritanya. Penonton hanya cukup menyaksikan adegan per adegan dengan santai agar lebih dapat menikmati film-film ber-genre drama komedi romantis.
Happy Watching...
3 komentar:
nice article, lagi belajar nulis juga semoga bisa kaya sampean hehe http://leonardfresly.blogspot.com/
awalanya sy kira, film ini bakal banyak adegan crime nya, melihat dari judulnya berbau narkotik, tp trnyata lbh bnyk romance. ga nyangka aja.. tp cukup asik untuk diikuti
nonton online film online free
nonton online film online gratis
nonton online film online streaming
nonton online film online sub indo
Posting Komentar