Seperti judulnya, film ini tersembunyi dan membahayakan. Setelah menonton baru akan mengerti apa yang dimaksud dengan "tersembunyi dan membahayakan" itu. Insidious merupakan karya salah satu anak bangsa Malaysia yang mau tidak mau harus kita acungi jempol. Bagaimana tidak? dia juga lah yang memproduseri, menyutradarai, dan menulis cerita sebuah film fenomenal Saw, dan orang itu dalah James Wan. Dengan mendengar judul Saw saja jelas kita tidak akan meragukan lagi kejeniusan James Wan dalam menggarap film horor thriller bahkan slasher. Sama seperti di Saw, James Wan kembali berkolaborasi dengan Leigh Whannell yang berperan sebagai writer dan salah satu aktor dalam film ini. Jelas Insidious merupakan produk yang patut diperhitungkan oleh banyak pihak dari berbagai sisi.
Kali ini James Wan dan Leigh Whannell bekerjasama dengan para aktor yang juga memiliki kemampuan mumpuni dalam berakting, antara lain Patrick Wilson, Rose Byrne, dan Ty Simpkins yang merupakan salah satu aktor cilik berbakat saat ini.Sebelumnya Wilson dan Simpkins sudah pernah bertemu dalam film Little Children di tahun 2006 lalu. Kini James Wan mencoba mendulang sukses seperti Little Children dengan mempersatukan kembali Wilson dan Simpkins.
"Josh Lambert (Patrick Wilson) bersama dengan Renai Lambert (Rose Byrne) pindah ke sebuah rumah baru. Mereka memiliki tiga orang anak, yaitu Dalton Lambert (Ty Simpkins), Foster Lambert (Andrew Astor), dan adik mereka yang masih bayi. Josh bekerja sebagai seorang guru di kota tersebut dan Renai yang bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Suatu malam ketika Josh dan Renai sedang menghabiskan waktu bersama dengan Foster dan anak mereka yang masih bayi mereka mendengar jeritan dari salah satu ruangan di lantai atas. Suara itu adalah suara Dalton yang menjerit minta tolong dan ketakutan. Sontak Josh dan renai segera mencari dan menghampiri Dalton. Ternyata saat itu Dalton jatuh dari tangga yang ada di ruangan tersebut. Josh segera menenangkan Dalton dan menemaninya hingga tertidur. Keesokan paginya ketika seluruh anggota keluarga telah berkumpul untuk sarapan hanya Dalton yang masih belum turun. Renai meminta Josh untuk mengecek keadaan Dalton di kamarnya. Pada saat itu Josh menemukan Dalton masih dalam keadaan tertidur. Setelah mencoba beberapa saat untuk membangunkan Dalton dia baru sadar kalau anaknya tidak bangun-bangun juga dari tidurnya. Josh segera memanggil dokter ke rumahnya untuk memeriksa keadaan Dalton. Sayangnya dokter tidak dapat menemukan penyakit Dalton dan tidak mengetahui apa yang salah pada diri Dalton. Sejak saat itu keadaan Dalton dinyatakan koma.
Sejak Dalton berada dalam masa koma Renai dan Josh menemukan bayak hal aneh yang terjadi di rumah mereka. Hingga pada suatu saat Renai menemukan jejak telapak tangan berlumuran darah di seprai tempat tidur Dalton terbaring. Merasa rumah tempat tinggal mereka ada penunggunya membuat Renai meminta untuk pindah rumah lagi kepada Josh. Kedaan tidak menjadi lebih membaik ketika mereka akhirnya memutuskan untuk pindah rumah lagi. Keadaan yang ada justru semakin kacau dan mengerikan. Melihat keluarga anaknya sedang dalam keadaan bahaya membuat Lorraine Lambert (Barbara Hershey) teringat kepada Elise Rainier (Lin Shaye) yang merupakan seorang pemburu dan pengusir hantu. Josh tidak menyia-nyiakan bantuan dari ibunya, maka Elise pun segera menindaklanjuti panggilan dari Josh. Langkah awal yang dilakukan Elise adalah dengan mengirimkan dua orang anak buahnya, yaitu Specs (Leigh Whannell) dan Tucker (Angus Sampson). Setelah mendapat laporan dari kedua anak buahnya, Elise langsung mendatangi rumah Josh dan Renai. Di sana dia mencoba mendapati makhluk halus yang berada di dekat tubuh Dalton. Elaise pun mencoba untuk mendeskripsikan wujud makhluk halus tersebut dengan meminta Specs membuat sketsa makhluk tersebut.
Elise meminta Lorraine untuk ke rumah Josh untuk menjelaskan kepada anak dan menantunya mengenai kisah di balik semua kejadian yang menimpa keluarga mereka selama ini. Mereka tidak memiliki banyak waktu lagi untuk menyelamatkan Dalton, karena semakin lama keadaan Dalton akan semakin melemah dan dapat menimbulkan semakin banyak kekacauan lainnya."
Insidious dapat dikatakan sebagai salah satu karya James Wan yang sukses setelah dia membuktikan dirinya lewat serangkaian film Saw selama ini. Begitu juga dengan Leigh Whannell yang kembali sukses membuktikan dirinya merupakan penulis cerita horor thriller yang dangat handal. Film ini terasa memuaskan bukan hanya dari segi ceritanya saja, tetapi juga dari kualitas visualisasi seluruh cerita yang ditulis Whannell. Insidious benar-benar didukung oleh sound score dan efek visual yang bagus sehingga mampu membangkitkan suasana horor di setiap adegan. Setidaknya saya hampir di sepanjang film berusaha untuk menutup mata (tapi tetap mengintip dari celah-celah tangan :p) ketika saya sudah mulai suudzon hantunya akan muncul lagi, lagi, dan lagi. Bahkan di satu adegan saya sampai berteriak saking kagetnya. Ini merupakan hal yang cukup membuat saya puas dengan film ini, karena sudah jarang saya berteriak-teriak dan ketakutan ketika menonton film horor, bahkan Paranormal Activity pun tidak berhasil membuat saya seperti itu. Well, ekspresi setiap orang memang bisa tidak sama. Ini hanya masalah selera. Wan pun sukses memvisualisasikan wujud makhluk halus dengan sangat menyeramkan. Di beberapa adegan ketika ada sesosok mahkluk halus berwujud anak-anak yang sedang berlari-larian di dalam rumah langsung mengingtkan saya kepada sosok tuyul di film Tusuk Jelangkung, yaitu Turah. Saya harus jujur kalau film tersebut satu-satunya film horor Indonesia yang sangat saya sukai.
Sebelumnya Patrick Wilson pernah berperan yang sedikit hampir sama dengan perannya di film ini yaitu ketika dia memerankan tokoh Eric di Passengers (2008). Menurut saya peran sebagai Josh Lambert lebih menantang dari pada memerankan karakter Eric. Sepertinya karakter Josh itu pengembangan lebih waahhh dari karakter Eric, padahal produser, sutradara, dan penulis kedua film ini berbeda. Wilson pun berhasil membawakan karakter Josh dengan sangat mengalir dan menyatu dengan cerita serta para karakter lainnya. Sedangkan Rose Byrne yang berperan sebagai istrinya juga telah memerankan karakternya dengan sangat baik. Feel sebagai seorang ibu-ibu yang sedang merasa sangat panik melihat keadaan anak, suami, hingga dirinya sendiri sangat kental terasa. Sayangnya saya tidak menemukan chemistry yang kuat dari dua karakter tersebut, Mereka terlihat melebur satu sama lain tapi juga terasa kurang ada klik-nya. Secara keseluruhan sih akting mereka sudah cukup baik dan memuaskan. Salah satu tokoh penting dalam Insidious adalah yang diperankan oleh Ty Simpkins. Bocah laki-laki imut itu pun berhasil mencuri perhatian penonton dengan kemunculannya yang sedikit namun seperti yang saya bilang sebelumnya bahwa dia merupakan tokoh penting yang kehadirannya sangat mempengaruhi cerita walaupun tidak sebanyak Wilson dan Byrne.
Semua ketegangan yang ditimbulkan Insidious terasa sedikit mengendur ketika karakter Spec dan Tucker muncul. Keberadaan mereka berdua cukup berhasil membuat penonton menjadi sedikit cooling down. Tak jarang tingkah polah Spec dan Tucker dapat membuat penonton tertawa. Hebatnya adalah kemunculan kedua karakter tersebut tidak merusak sisi horor thriller dari Insidious. James Wan dan Whannell berhasil membuat kedua karakter tersebut muncul untuk membuat penonton lebih santai tanpa merusak ketegangan yang tetap menghantui di sepanjang film selanjutnya.
Bagi Anda penyuka film Saw tidak adalah salahnya mencoba karya Wan dan Whannell yang lebih ringan, yaitu Insidious.
Happy Watching..