REVIEW: TAARE ZAMEEN PAR (2007)

Kamis, 30 Desember 2010

| 6 komentar


RESUME FILM TAARE ZAMEEN PAR
Film ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Ishaan Nandkishore Awasthi. Ishaan adalah seorang anak berumur delapan tahun yang sedang duduk dibangku sekolah dasar, namun Ishaan tidak menyukai sekolah. Dia banyak merasa kesulitan dengan berbagai mata pelajaran dan dia sering mengalami kegagalan dalam ujian sekolahnya. Dengan segala kelemahan yang ada pada diri Ishaan itu dia jadi korban bullying oleh teman-temannya, bahkan gurunya pun ada yang menghinanya.
Ayah Ishaan, Nandikshore Awasthi, adalah seorang eksekutif yang sibuk dan sukses. Ayahnya selalu mengharapkan Ishaan dapat melakukan yang terbaik seperti kakaknya. Sedangkan ibunya, Maya Awasthi, adalah seorang ibu rumah tangga biasa yang akhirnya merasa sedih dan bingung karena merasa gagal mendidik dan membantu Ishaan menghadapi masalahnya (disleksia). Ishaan memiliki seorang kakak, Yohaan, yang merupakan seorang pelajar yang sukses. Orangtua Ishaan telah mengetahui ada yang tidak beres pada diri Ishaan sehingga mereka memutuskan untuk mengirim Ishaan ke sekolah asrama.
Di sekolah asramanya Ishaan diajar oleh Ram Shankar Nikumbh. Dia adalah guru seni sementara di sekolah itu. Ram mempunyai pola pikir dan pengajaran yang berbeda dengan guru-guru lain yang ada di sekolah. Ram membuat anak didiknya untuk berpikir keluar dari buku-buku pelajaran. Sebagian besar anak di kelas itu merespon positif apa yang Ram lakukan, namun tidak dengan Ishaan. Dari situ lah Ram mencoba untuk lebih memahami Ishaan dan masalah-masalahnya. Ram berusaha untuk menyadarkan orangtua dan guru-guru Ishan yang lainnya bahwa Ishaan bukan anak abnormal, tetapi dia merupakan anak yang khusus dan mempunyai bakatnya sendiri. Ram pun akhirnya mampu mendorong rasa  percaya diri Ishaan. Dia membantu Ishaan mengatasi masalah-masalah pelajarannya dan kembali menemukan kepercayaan dirinya yang hilang.
Pesan yang terdapat dalam film ini yaitu setiap anak adalah pahlawan. Tidak ada manusia yang sempurna, tak peduli apa posisi kita dalam masyarakat. Setiap anak memiliki bakat dan kemampuan dengan cara mereka sendiri. Film ini bukan hanya menceritakan nasib seorang anak penderita disleksia, tetapi juga tentang bagaimana sikap orangtua dalam mendidik anak di jaman yang semakin maju ini dan mengenai orangtua yang gagal memahami mimpi anak dan mengembangkan bakat alami (bawaan) mereka.



KESAN POSITIF & NEGATIF DARI FILM

Kesan positif yang ditangkap dari film ini adalah film ini mampu menceritakan lika-liku kehidupan seorang anak penderita disleksia dengan segala macam masalah lainnya. Selain itu, dalam film ini pun kita diperlihatkan cara seorang guru yang berusaha untuk mengenal siswa yang mengalami kesulitan belajar lebih dalam. Ram telah melakukan berbagai macam cara untuk membuat orang lain yang berada di sekitar Ishaan memahami kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri Ishaan, terutama ke keluarga Ishaan (orangtua dan kakaknya). Ram juga melakukan berbagai cara kreatif ketika dia mengajar di kelas. Membuat para penonton menjadi terharu dan terbawa emosinya selama menonton film ini. Selain itu, dari film ini diketahui bahwa hal mendasar yang harus dilakukan oleh orang-orang terdekat anak yang mengalami disleksia adalah dengan mendekati mereka, merangkul mereka, agar mereka tetap merasa disayangi dan tidak kehilangan rasa percaya diri mereka.
Sedangkan kesan negatif yang ada adalah di beberapa adegan terasa terlalu lama dan bertele-tele, sehingga menimbulkan sedikit kejenuhan, seperti adegan saat Ishaan menggambar bareng-bareng dengan semua murid di sekolahnya. Di bagian itu terasa lama sekali. Selain itu dalam film ini keluarga dan guru memberikan labelling yang menurut saya sangat tidak pantas diucapkan oleh keluarga dan seorang guru, bahkan hal ini langsung dikatakan dihadapan Ishaan, seperti ayah dan kakaknya Ishaan yang sering menyebut dirinya idiot; sedangkan gurunya memberikan label idiot (bodoh), malas, bahkan gila.










REVIEW: BURIED (2010)

Sabtu, 25 Desember 2010

| 0 komentar


Buried dibintangi oleh salah satu aktor favorit saya. Yup.. Ryan Reynolds (sayang sekali dia harus bercerai dengan si cantik Scarlett Johansson). Reynolds bermain apik di The Proposal bersama dengan salah satu aktris kawakan Hollywood, Sandra Bullock. Buried sangat berbeda jauh dengan The Proposal. Kita tidak akan menemukan kelucuan yg dapat membuat kita tertawa di sepanjang film ini. Justru kita akan dibawa untuk takut, khawatir, panik, pasrah, dan putus asa, seperti yang dirasakan oleh Reynolds yang berperan sebagai Paul Connor.

"Paul Connor adalah seorang supir truk bekebangsaan Amerika yang sedang menjalankan tugasnya di Irak. Dia bersama dengan teman-temannya yang lain diserang di salah satu provinsi di Irak, Begitu dia tersadar, dia berada di sebuah ruangan gelap, sempit, dan pengap. Ruang geraknya sangat terbatas. Setelah beberapa saat, dia tersadar bahwa dia berada di sebuah peti mati tua, dan dia dikubur hidup-hidup. Di dalam peti mati itu, Connor ditinggalkan sebuah Zippo, Handphone, pensil, senter, dan pisau. Dia berusaha untuk menelepon pihak-pihak yang sekiranya dapat membantu mengeluarkan dia dari peti mati tersebut. Sayangnya, tidak semudah itu dia bisa keluar dari peti mati itu."

Ryan Reynolds dituntut untuk dapat mengeluarkan kemampuan aktingnya dalam film ini. Karena dia tidak bisa berakting banyak dengan body language. Dia hanya dapat berakting maksimal menggunakan ekspresi, suara, dan emosinya. Hal ini berhasil di tunjukkan oleh Mr. Reynolds. Dia berhasil membawa saya ke dunianya. Suram dan keterputusasaan. Bayangkan saja, dia hanya memiliki waktu 90 menit untuk bisa keluar dari tempat itu. Jika tidak, maka dia akan kehabisan oksigen.

Mungkin akan banyak orang yang merasa bosan dengan film ini. Karena saya rasa, film ini bukan ditujukan untuk orang-orang yang hanya ingin menikmati film yang seperti layaknya film-film lain. Film ini tidak memperlihatkan wujud aktor-aktor lainnya selain Mr. Reynolds. Penonton hanya akan melihat sosok Connor yang dominan dalam film ini. Tokoh-tokoh yang lain hanya akan kita ketahui penampakannya lewat suara. Bukan hanya dari sisi penampakan aktornya saja, tapi juga dari setting tempat dalam film ini. Penonton hanya disuguhkan satu tempat di sepanjang film ini, yaitu peti mati tempat Connor berada. Ini lah yang dapat menimbulkan kebosanan pada beberapa orang. Seperti saat saya menonton film ini, ada dua orang yang memilih untuk meninggalkan studio padahal filmnya masih berada di tengah-tengah pertunjukkan.

Film ini juga tidak memiliki ending seperti yang diharapkan oleh sebagian besar para penonton. Mungkin sang sutradara dan produser memang berharap untuk memiliki cerita yang tidak biasa. Selain itu, beberapa website telah memberikan rating yang cukup bagus untuk film ini, di antara lain adalah http://www.imdb.com/title/tt1462758/ dan http://www.rottentomatoes.com/m/buried/

At last, bagi Anda yang ingin menonton kebolehan akting dari Ryan Reynolds dan menginginkan sebuah film yang tak biasa, silahkan menonton film ini.

Happy Watching..








REVIEW: DEVIL (2010)

Minggu, 19 Desember 2010

| 2 komentar




Pertama kali tau film ini dari posternya yang dipajang di XXI FX. Tadinya gw gak tau ini film sebenarnya tentang apa. Soalnya di posternya itu cuma ada gambar lift trus ada sinar-sinarnya gitu. Tapi setelah gw melihat trailer filmnya, gw merasa sangat tertarik pengen nonton film ini. Gw ngerasa kalau film ini pasti seru banget. Apalagi mengingat M. Night Syamalan memiliki andil besar dalam film ini.

"Dalam sebuah gedung perkantoran, 5 orang yang tidak saling mengenal terjebak di dalam lift setelah tenaga listrik mati secara misterius dan membuat semua perangkat listrik di dalam gedung itu tidak berfungsi. Setelah beberapa kejadian aneh yang tidak masuk akal terjadi (termasuk diantaranya ketika petugas pemadam kebakaran tidak bisa membuka lift dan menyelamatkan mereka), mereka pun mulai mencurigai salah satu dari mereka sesungguhnya adalah mahluk halus. Dengan panik mereka pun saling menyalahkan satu sama lain ketika tengah berusaha keluar dari lift untuk menyelamatkan diri."

Di awal film sih diceritain tentang masa lalu seorang detektif yang menjadi tokoh utama di dalam film ini. Tapi begitu mulai sampai di initi cerita film ini, film ini berpusat di orang-orang yang terjebak di dalam lift itu dan tentang drama penyelamatan yang dilakukan detektif, kepolisisan, karyawan perkantoran yang bersangkutan, dan pemadam kebakaran yang mencoba menyelamatkan mereka yang terjebak di dalam lift tersebut. Tema cerita drama penyelamatan seperti ini juga dapat kita lihat di dalam film Unstoppable. Di mana dua orang karyawan kereta api berusaha memberhentikan sebuah kereta yang melaju tanpa awak di dalamnya. Hmmm...memang seru dan bisa membuat penontonnya deg-degan sih. Tapi kalau alur ceritanya monoton, dapat membuat penonton menjadi bosan dan kehilangan titik klimaksnya. Untuk film Unstoppable menurut saya sih aman. Dari awal penyelamatan di mulai sampai akhir alur ceritanya stabil dan semakin membuat penonton menjadi deg-degan. Tapi kalau untuk film Devil, saya pribadi merasa kehilangan klimaks dari cerita film ini. Semakin lama melihat drama penyelamatan yang dilakukan oleh banyak pihak itu justru menurut saya terlalu berjalan pelan-pelan sehingga membuat saya jenuh. Tidak jelek sih, tapi setelah selesai dan keluar dari bioskop, saya merasa  "udah nih? begitu doang?". Hmmmm...kurang geregetnya menurut saya.

Oke...kalu dari segi suara dan pengambilan gambar sih sudah cukup bagus dan menarik. Apalagi kalau lagi memperlihatkan kelima orang yang sedang terjebak di dalam lift itu menggunakan angle kamera cctv yang ada di lift itu. Saya merasa seperti ikut merasakan bagaimana perasaan orang-orang yang berusaha menyelamatkan mereka tapi tidak dapat medengarkan suara mereka. Heheee

Ide cerita film ini sebenarnya sudah menarik, diselipkan tentang kepercayaan orang-orang terhadap Devil. Walau devil yang dimaksud oleh film ini menurut saya tidak memiliki peran besar terhadap kualitas cerita film ini. Karena kalau devil ini diganti dengan orang yang sedang membalas dendam terhadap seseorang yang menghancurkan hidupnya akan lebih seru, karakternya lebih nyata. Memang sih cerita seperti itu standar, tapi saya rasa itulah gunanya sutradara dan produser, mereka seharusnya bisa membuat cerita-cerita yang standar menjadi luar biasa..

Saya rasa film ini tidak buruk untuk dijadikan teman pengisi waktu di akhir minggu.
Happy watching....








REVIEW: THE CHRONICLES OF NARNIA THE VOYAGE OF THE DAWN TREADER (2010)

Rabu, 15 Desember 2010

| 0 komentar


Gw bukan pecinta sejati The Chronicles of Narnia, bahkan gw ngga nonton filmnya yang ke-2. Filmnya yang pertama pun gw tonton di TV. Hahahahaa
Tapi tadi gw nonton film ini, dan bagi gw film ini keren (telat banget gw sadarnya). Film ini mempunyai kualitas cerita yang sebenarnya standar buat gw untuk cerita film-film fantasi. Bahkan ini bukan satu-satunya film fantasi yang keluar tahun ini. Sebelumnya ada Harry Potter and The Deathly of Hallows yang baru aja keluar belakangan kemarin.


"Edmund Pevensie (Skandar Keynes) dan Lucy Pevensie (Georgie Henley) kembali harus berurusan dengan negeri dongeng saat secara tidak sengaja sebuah lukisan tiba-tiba saja membawa mereka kembali ke negeri Narnia. Sepertinya kedatangan dua bersaudara ini juga diharapkan oleh warga Narnia karena negeri ini sedang menghadapi masalah besar dan bantuan Pevensie bersaudara jelas akan diperlukan.
NARNIA THE VOYAGE OF THE DAWN TREADER
Saat sedang melihat-lihat sebuah lukisan, tiba-tiba saja lukisan ini hidup dan menelan Edmund dan Lucy. Bukan hanya mereka berdua, Eustace Scrubb (Will Poulter) pun ikut terbawa ke negeri Narnia. Mereka masuk ke negeri dongeng ini dan kembali bertemu dengan Caspian (Ben Barnes) yang kini telah menjadi raja dan sedang dalam perjalanan mencari tujuh orang bangsawan yang hilang.
Petualangan berawal di Lone Island dan berlanjut hingga ke ujung dunia. Dalam petualangan ini, banyak yang terjadi dan salah satunya adalah saat Eustace berubah menjadi naga karena kesalahannya. Berhasilkah mereka menemukan ketujuh bangsawan yang hilang ini? Atau perjalanan kali ini tak akan membawa hasil apapun?" sumber: http://www.kapanlagi.com/film/internasional/the-chronicles-of-narnia-the-voyage-of-the-dawn-treader-perjalanan-mencari-bangsawan-yang-hilang.html

Film ini menwarkan hiburan yang cukup memuaskan bagi para penontonnya. Efek-efek yang dihasilkan dari film ini cukup memuaskan, baik dari segi gambar maupun suara. Selain itu, film ini juga tidak membuat para penontonnya jadi 'terlalu serius', karena ada humor yang diselipkan dalam beberapa bagian adega film ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa Will Poulter yang berperan sebagai Eustace Scrubb lah yang selalu membuat penontonnya tertawa. Dengan karakter yang angkuh, ceroboh, dan sedikit bodoh berhasil membuat gw menganggap Eustace benar-benar annoying. Tapi itu hanya di awal sampai di pertengahan film, karena setelah itu karakter Eustace lebih banyak berkembang dari pada karakter lainnya. Dia berubah menjadi seekor naga. Gw sangat suka ketika Eustace berubah jadi Naga. Hehehe.. Oke, selain Eustace yang dapat membuat penontonnya tersenyum, ada juga Reepicheep, sang tikus yang gagah berani dan dengan gayanya sebagai motivator selalu membuat saya tersenyum bahkan tertawa.

Sedangkan untuk akting para aktor dan aktrisnya suda bagus, karena mereka telah membuktikan kepiawaian akting mereka di seri-seri Narnia yang sebelumnya. Tapi entah kenapa, gw sangat terpana dengan Aslan. Sayangnya dalam film ini Aslan tidak berperan banyak. Terakhir... gw sangat penasaran dengan negerinya Aslan. :p








REVIEW: THE NEXT THREE DAYS (2010)

| 0 komentar


Waktu ngeliat trailer film ini, gw mikir film ini gak akan beda jauh seperti film The Box, Edge of Darkness, dan sebagainya, yang memiliki jalan cerita kepala keluarga yang berjuang mati-matian untuk menyelamatkan keluarganya.
Well...emang bener sih film ini serupa tapi tak sama dengan film-film yang sudah gw sebutkan di atas. Tapi gw salut dengan film ini, karena berani mengambil jalan cerita yang tidak 'biasa' seperti film-film lain yang sejenis. Kenapa tidak 'biasa'? Kalau film-film lain itu jalan ceritanya pasti kepala keluarganya mencari siapa pelaku sebenarnya yang menyebabkan keluarganya jadi berantakan, tapi tidak di film ini. Film ini justru memiliki 'pemikiran' yang lebih sederhana, di mana kepala keluarganya hanya ingin membebaskan istrinya dari penjara karena dituduh melakukan aksi pembunuhan. Dalam film ini kita tidak akan menemukan 'sang jagoan' membuktikan siapa yang salah & siapa yang benar.

"Hidup begitu sempurna bagi John Brennan (Russell Crowe) hingga istrinya, Lara (Elizabeth Banks) ditangkap dengan tuduhan pembunuhan yang tidak ia lakukan. Tiga tahun kemudian, John berjuang bersama keluarganya, membesarkan putra mereka dan mengajar di perguruan tinggi, segala cara ia lakukan untuk membuktikan istrinya tidak bersalah. Saat banding mereka ditolak, Lara menjadi tersangka pembunuhan dan mencoba bunuh diri, John memutuskan hanya ada satu solusi: melarikan istrinya dari penjara. Mengabaikan ketidakhaliannya dalam hal menerobos penjara, John menyusun siasat, terjun ke dunia yang berbahaya dan asing baginya, mempertaruhkan segalanya untuk wanita yang ia cintai."

Gw sangat terpukau melihat akting Russel Crowe dalam film ini. Menurut gw, dia berhasil mendalami, memerankan, dan menghidupkan karakter John Brennan. Penonton dapat terbawa emosinya seakan-akan ikut merasakan perasaan Brennan yang hancur melihat istrinya di penjara atas sesuatu yang dia yakini tidak dilakukan oleh sang istri, dan melihat anak semata wayangnya hidup tanpa kasih sayang seorang ibu. Waktu nonton gw merasa apa yang dilakukan Brennan adalah sesuatu hal yang dapat dimaklumi. Two thumbs up for Mr. Crowe. Sedangkan akting Elizabeth Banks pun mendukung semakin ciamiknya akting Crowe. Banks memang tidak banyak muncul dalam film ini, tapi tetap saja dapat membuat jalan cerita film ini menjadi tidak terlalu membosankan. Karena dalam beberapa adegan dalam film ini terasa terlalu bertele-tele. Padahal yang diharapkan oleh gw seenggaknya lebih banyak lagi adegan aksinya. Ya namanya juga film, bagian aksi yang paling seru selalu disimpan diakhir film, tapi sayangnya pas adegan ini menurut gw kurang lama dan kurang berani mengeksplor ceritanya. Kita hanya melihat Crowe selalu lebih cepat dibandingkan Polisi. Tapi ada beberapa adegan cerdik yang membuat gw yang tadinya deg-degan akhirnya bisa tertawa. Not bad..

Film ini juga mendapat ulasan yang lumayan bagus dari para pemerhati film. Bahkan di IMDb pun film ini mendapat rating 7,3. Silahkan dicek di http://www.imdb.com/title/tt1458175/

So, kalau ingin menyaksikan film keluarga yang mempunyai adegan aksi di dalamnya dan memiliki jalan cerita yang 'tidak biasa' maka The Next Three Days salah satu pilihan yang tepat.

Happy watching...







REVIEW: PARANORMAL ACTIVITY 2 (2010)

Selasa, 07 Desember 2010

| 0 komentar


Banyak yang bilang kalau film ini lebih horror dari film pendahulunya. Tapi tidak bagi gw, gw lebih ngerasa takut waktu nonton filmnya yang pertama.

Film kedua ini menceritakan kakaknya Katie (Katie Featherston), yang merupakan tokoh utama di film yang pertama, yaitu Kristi (Sprague Grayden), yang baru saja melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Hunter. Suami Kristi, yaitu Daniel (Brian Boland), adalah seorang duda yang telah memilik anak dari istrinya yang telah meninggal, yaitu Ali (Molly Efraim)

Jika di film pertama sang pembuat film hanya membutuhkan dana $15.000 maka tidak pada film kedua ini. Dalam film ini, telah menghabiskan jutaan dollar dalam produksinya. budget sebesar itu digunakan untuk komputer grafiks dan menghasilkan suasana dan suara-suara seram yang makin seram seperti bunyi debar, bantingan pintu, dan nada-nada aneh dari mainan anak. Dalam film ini diceritakan keluarga lengkap lengkap dengan pengasuh bayinya dan anjing peliharaan mereka.

Sama seperti filmnya yang pertama, format pengambilan gambar dalam film ini adalah dari kamera yang berada dalam rumah yang bersangkutan. Jika di film pertama menggunakan kamera handycam milik Micah (Micah Sloat), maka di film kedua ini menggunakan kemra CCTV dan handycam.

Sedangkan suasana horor yang ditampilkan pun standar seperti film-film horor Amerika lainnya, yaitu dengan hidup matinya lampu, terbuka-tertutupnya pintu tiba-tiba, suara-suara aneh yang mengganggu, dan sebagainya. Bahkan puncak kehororan film ini pun sama seperti di filmnya yang pertama, yaitu saat tokoh utamanya ditarik oleh sosok hantu yang tak terlihat dari lantai atas dengan sadis.

Untuk akting para aktor dan aktrisnya bagi gw cukup bagus, karena mereka berhasil memunculkan sisi horor sejalan dengan jalan ceritanya. Untuk mengetahui lebih horor yang mana antara Paranormal Activity 1 dan Paranormal Activity 2, itu tergantung selera masing-masing penonton.

Happy Watching....







REVIEW: SLAYERS (2010)

| 0 komentar


Waktu ngeliat poster film ini, gw udah mikir kalo film ini pasti jayus. Well... film ini intinya menceritakan tentang seorang Milyuner, Ken Castle, yang menciptakan hiburan kontroversial, Slayers, yaitu sebuah permainan yang sangat populer dan memungkinkan jutaan orang bertindak di luar keinginan dan fantasi mereka secara online.  Dari game tersebut, terciptalah sosok yang bernama Kable (Gerrad Butler) yang menjadi bintang dan pahlawan Slayers. Kable dimainkan dan dikendalikan oleh Simon (Logan Lerman). Kable diambil dari keluarganya di dunia nyata, dia dipenjara dan dipaksa untuk bertarung sebagai gladiator modern. Kable harus bertahan hidup agar dapat menyelesaikan 30 Stage game ini, agar dia dapat melepaskan dirinya dari game ini dan kembali bersama dengan keluarganya. Melihat dunia semakin kacau karena teknologi ciptaan Ken Castle, apalagi ditambah dengan dia mengetahui istrinya ternyata menjadi salah satu sosok yang ada di dalam game yang diciptakan oleh Castle, yaitu Society. Di situ istrinya dikendalikan oleh seorang pria overweight. Kable pun marah dan berusaha menghancurkan bisnis Castle dan membunuhnya.

Film ini diangkat dari game online yang berjudul sama dengan film ini. Film ini berhasil mengangkat cerita dari game online yang bersangkutan. Ini terbukti dari gw yang sebagai orang awam, tidak mengetahui nama-nama game online dengan lengkap,  dengan menonton film ini gw jadi tahu kalo ternyata film ini diangkat dari game online. Selama ini yang kita tahu baru hanya sebatas permainan Play Station yang sudah cukup banyak diadaptasi menjadi sebuah film, seperti Resident Evil, Street Fighter, dan lain sebagainya.

Tapi sayangnya gw berharap Gerrard Butler bukan seperti yang ada dalam film ini. Karena jujur aja, gw ngga suka dengan film ini. Dengan jalan cerita yang standar, seperti film-film lainnya yang diangkat berdasarkan dari game, film ini bahkan tidak menonjolkan kualitas yang memuaskan baik dari segi gambar (termasuk dalam pengambilannya) hingga subtittlenya. Subtittle yang disajikan terasa kaku dan seperti sedang menonton filn jadul. Sangat disayangkan film ini tidak sebagus seperti film-film yang sejenis dengannya, padahal aktor dan aktris dalam film ini termasuk dalam bintang jajaran Hollywood yang memiliki kualitas tersendiri.






It's About What???

2006 (3) 2007 (1) 2008 (5) 2009 (4) 2010 (37) 2011 (43) 3D (4) Academy Awards (2) Action (13) Adam Sandler (1) Adventure (1) Alex Pettyfer (1) Amanda Seyfried (3) Amber Heard (2) Amy Adams (1) Andrew Garfield (1) Angelina Jolie (1) Anne Hathaway (2) Ashton Kutcher (1) Asian (6) Ben Affleck (2) Ben Stiller (1) Biography (4) Blake Lively (1) Bruce Willis (2) Cam Gigandet (1) Cameron Diaz (1) Chloë Moretz (1) Chris Cooper (1) Chris Pine (1) Christian Bale (1) Christina Aguilera (1) Christina Ricci (1) CIA (1) Colin Firth (1) Comedy (10) Crime (11) Dakota Fanning (1) Dance (1) Daniel Radcliffe (1) Denzel Washington (1) Documenter (1) Drama (49) Drew Barrymore (2) Dustin Hoffman (1) Dwayne Johnson (1) Education (1) Emma Roberts (1) Emma Watson (1) Erotic (1) Facebook (2) Family (16) Fantasy (11) Fiction (4) Game (1) Game Online (1) Geoffrey Rush (1) Gerrard Butler (1) Halle Berry (1) Han Ji-Hye (1) Hayden Panettiere (1) Helena Bonham-Carter (1) History (1) Horror (20) India (1) Jake Gyllenhaal (1) Jalan-jalan (1) Jason Statham (1) Jennifer Aniston (1) Jennifer Lopez (1) Jepang (2) Jesse Eisenberg (2) Jessica Alba (1) Johny Depp (1) Josh Duhamel (1) Julia Roberts (1) June (1) Justin Long (2) Justin Timberlake (1) Kate Beckinsale (1) Katherine Heigl (1) Keira Knightley (1) Kevin Costner (1) Kristen Bell (2) Lee Chun-Hee (1) Lee Hwi-Hyang (1) Leighton Meester (1) Liam Neeson (1) Life As We Know It (2) Lippo Cikarang (1) Little Fockers (1) Logan Lerman (1) Ludacris (1) March (1) Mark Wahlberg (1) Mark Zuckerberg (1) Mary-Kate Olsen (1) Michelle Williams (1) Mila Kunis (1) Morgan Freeman (1) Movie (64) Movie Release (3) MTV Movie Awards (1) Musical (1) Mystery (11) Naomi Watts (1) Natalie Portman (2) Nicholas Cage (1) Nicole Kidman (1) November (1) Oscar (2) Owen Wilson (2) Psikologis (3) Ray Winstone (1) Rebeca Hall (1) Review (61) Robert De Niro (2) Romance (14) Rosario Dawson (1) Rupert Grint (1) Russel Crowe (1) Ryan Gosling (1) Ryan Reynolds (1) Sam Rockwell (1) SciFi (3) Sean Penn (1) South Korea (3) Sport (1) Synopsis (10) Thailand (1) Thriller (25) Tommy Lee Jones (1) Vanessa Hudgens (1) Waterboom (1)

Count Me In....

Diberdayakan oleh Blogger.
 
blog-indonesia.com